Tulisan ini saya buat ketika saya sedang merasa down dengan segala macam permasalahan dalam hidup saya. Jujur sudah dua minggu ini saya pergi dari rumah, berhubung dengan adanya libur sekolah, maka saya pun sebagai seorang pengajar ikut libur juga tentunya.
Kepergian saya dari rumah bukan serta merta tanpa alasan, meskipun saya bilang ke orang tua saya untuk liburan atau rehat sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan. saya pergi ke kosan teman sewaktu saya kuliah, meskipun orang tua hanya mengetahui saya untuk rehat, namun sebenarnya dibalik itu saya memiliki permasalahan yang rumit menurut saya. permasalahan pertama yaitu saya sedang dalam fase dimana lulus kuliah dan belum bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga, ya keluarga saya meang bukan ornag kaya, bisa dikategorikan kedalam keluarga yang miskin. mungkin ini eskapis atau pengalihan yang saya lakukan, pergi dari orang tua untuk sementara, agar saya tak melulu memkirkan bagaimana saya bisa memberi yang terbaik kepada keluarga. Jika pada sebelum saya dilahirkan saya diberi pilihan untuk memilih keluarga kaya atau miskin, sudah tentu ego saya akan memilih keluarga kaya, namun siapa tahu bahwa rencana tuhan dnegan dilahirkan saya dari keluarga miskin. Setiap orang tidak pernah bisa memilih dimana dia akan dilahirkan.
permasalahan saya terlahir dari keluarga miskin berlanjut kedalam hubungan saya, beberapa kali saya harus mengakhiri hubungan dengan pasangan saya karena keadaan finansial yang tidak memadai, ibarat kata, jangankan untuk jalan-jalan, nonton atau sebagainya, untuk makan sehari-hari pun saya sulit. mungkin saya memahami pula konsepsi pacaran yang diinginkan oleh setiap perempuan, di mana seorang laki-laki yang harusnya berperan lebih dalam hubungan, dengan hal kecil seperti membawakan makanan ketika dia lapar, mengajaknya bermain atau jalan jalan ketika dia mumet, namun ya kembali kepada yang paling dasar, " SAYA ORANG MISKIN" untuk itu semua memerlukan finansial. Terlebih saya sedang memikirkan masalah lain dengan keluarga.
ingin rasanya saya teriak sekeras mungkin dan berkata " Kenapa saya tidak bisa seperti mereka, dan mengapa saya tidak bisa menjadi apa yang dia inginkan"
sedih memang jika melihat keadaan saya sekarang, Bukan hanya tuntutn keluarga namun tuntutan pasangan yang mungkin menurut dia itu biasa, namun menurut saya itu tuntutan yang memang buat saya selalu berfikir.
mungkin susah untuk menyesuaikan apa yang dia inginkan dan apa yang saya pikirkan, sudah seharusnya ada kesepakatan untuk ini. jika seperti ini dan dia merasa tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya saya selalu terbuka untuk dia mencari seseorang yang bisa membuat dia bahagia dan bisa mengisi setiap kekosongan yang tak pernah bisa saya isi.
terima kasih sebelumnya untuk kamu yang selalu membantu saya dikala saya sedang kesusahan finansial, maaf hutang saya terlalu banyak kepada dia.